Jumat, 28 Mei 2010

Untuk Nelayan Bau-Bau, Kapal Kayu atau Fiber?


Pertanyaan pada judul di atas kerap muncul saat pekerjaan perencanaan pembangunan di mulai. Penyusun draft perencanaan itu kerap sulit menimbang-nimbang mana yang terbaik untuk nelayan Bau-Bau. Bila diberi kapal dari bahan kayu, apa nelayannya mau? Kalau dari bahan fiber apa tidak kemahalan? Sungguh dilematis!!!! Meski semua terpulang kepada kemampuan daerah atau besarnya suntikan dana dari pusat, adalah bijak bila dilakukan terlebih dahulu survey perihal pertimbangan dimaksud. Tampak jelas bahwa biaya pembuatan kapal kayu umumnya lebih rendah dibanding yang lain sebab bahan dasarnya mudah ditemukan di daerah ini. Kayu Wola banyak tersedia begitu pula kayu-kayu kapal lainnya seperti Kayu Ulin, Jati, Manjarite, Beropa, Matekuli dan Kayu Meranti Merah. Toko-toko penjual material kapal pun banyak dijumpai di Kota Bau-Bau. Disamping itu kapal kayu adalah kapal yang sudah ada sejak jaman dahulu kala, jadi sudah tidak asing lagi bagi masyarakat nelayan. Kapal dari bahan fiber umumnya praktis. Serba praktis!!! Perawatannya praktis, pembuatannya juga praktis bahakan lebih cepat dibanding pembuatan kapal kayu baik tunggal maupun seri (produksi masal dalam satu tipe dan ukuran). Hanya saja bahan baku fiberglass dan bahan pendukung lainnya semuanya produk pabrikan, bahkan ada yang diimpor dari Jepang, China dan lain-lain. Tentu dari sudut pandang ketersediaan material kapal fiber akan kalah bila dibanding kapal kayu. Meski di Bau-Bau juga terdapat toko-toko penjual bahan dasar kapal fiber, namun terkadang bahan-bahan tersebut kosong stock, dan harga satuannya di Surabaya dinyatakan dalam dolar Amerika atau Yen Jepang,hal ini akan memicu kenaikan harga diakhir tahun anggaran sehingga berpengaruh negatif terhadap biaya pembangunan kapal fiber karena harga per kilogram atau per drum kerap naik turun mengikuti perkembangan fluktuasi mata uang kita, Rupiah Vs Dolar Amerika. Fenomena akhir tahun anggaran ini tentu akan mengancam kontraktor pelaksana pekerjaan pengadaan kapal fiber. Secara psikologis sulit rasanya bekerja dibawah bayang-banyang kerugian sebab: Tidak ada orang yang mau rugi!!!

Jumat, 21 Mei 2010

Perahu Layar Motor Semakin Jarang Terlihat Di Pantai Bau-Bau


Perahu layar motor adalah jenis kapal laut yang penggerak utamanya adalah layar dibantu motor disel. Kapal jenis ini umumnya terbuat dari kayu. Jenisnya pun beragam mulai dari Nade, Soppe, Botti hingga Bangka (Lambo). Makin besar dan banyak layarnya, makin cepat pula kapal itu bergerak di lautan. Mesin yang disematkan padanya hanya berguna saat hendak melakukan manuver sulit di pelabuhan yang ramai ataupun pelabuhan yang banyak terumbu karangnya (seperti di Kepulauan Tukang Besi yang sekarang telah menjadi Kabupaten Wakatobi). Perahu layar motor menemukan masa kejayaannya di era 80-an. Terbukti dengan banyaknya kapal-kapal jenis ini yang melakukan aktifitas bongkar muat di pelabuhan Bau-Bau pada masa itu. Seiring perkembangan jaman, perdagangan di Indonesia semakin menuntut kecepatan dan ketepatan waktu pengiriman barang via laut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, para saudagar kapal di Sulawesi Tenggara menemukan bahwa motor disel adalah kunci jawabannya. Maka tersingkirlah secara perlahan-lahan perahu layar motor dari teater perdagangan maritim di Provinsi ini. Tidaklah mengherankan, memasuki era milenium, para saudagar kapal mulai berlomba-lomba membangun kapal baru dengan motor disel sebagai penggerak utama kapal. Tiang-tiang kapal yang tinggi sebagai penopang layar mulai disingkirkan dari perencanaan. Meski bahan dasar pembangunan tetap dari kayu, kapal-kapal tersebut mulai berganti model dan bentuk. Para pembuat kapal terpaksa menerima gambar rencana dari para insinyur perkapalan, yang pada masa-masa sebelumnya mereka membangun kapal tanpa dibantu gambar design sebagai pola pembangunan, karena mereka sejak dahulu sudah terbiasa membuat hanya satu model perahu, yakni perahu layar (Nade, Bangka, Botti, Soppe, Lambo). Jadi logis kalau anak-anak remaja kita yang sedang menikmati pemandangan di Pantai Kamali, Pantai Wameo, Pantai Bone-Bone, Pantai Lakologou sudah jarang mendapati perahu layar motor dari jenis yang disebutkan di atas. Kapal-kapal moderen baik kapal kayu, kapal baja maupun kapal fiberglass berebut memenuhi setiap ruang pelabuhan dan penambatan kapal di Bau-Bau. Nade, Bangka, Botti, Soppe, dan Lambo kini hanya tinggal nostalgia. Pemandangan seperti itu akan terus terlihat hingga masa-masa yang akan datang. Disadari atau tidak, Bau-Bau kini telah menerima dampak evolusi perkapalan di Nusantara. Era Kapitalisme disektor maritim rupanya telah merambah kita. Mau tidak mau para saudagar kapal di wilayah ini akan tetap terperangkap dalam cengkraman kapitalisme. Apa boleh buat, perdagangan harus jalan terus. Konseptor wisata pelabuhan Pemkot Bau-Bau harus juga menyesuaikan diri dengan keadaan ini. "Selamat Datang Kapitalisme Maritim di Bumi Semerbak"....!!!!!!

Kamis, 20 Mei 2010

Jenis dan Sifat Kayu untuk Pembangunan Kapal Baru


Manusia adalah khalifah di muka bumi. Ungkapan itu sarat makna dan merupakan pembenaran hakiki bahwa spesies manusia berhak mengeksploitasi semua yang telah disediakan oleh alam, dan salah satunya adalah pemanfaatan kayu dari hutan untuk pembangunan kapal. Adapun jenis kayu yang lazim digunakan sebagai material pembangunan kapal adalah: untuk lunas: balau, giam, jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin. Untuk gading: bangkirai, bungur, kapur. Untuk senta: ulin, bangkirai, bungur. Untuk kulit: bangkirai, bungur, meranti merah, biti (wola). Untuk bangunan atas: kapur, meranti merah, medang, biti, jati. Untuk dudukan mesin: ulin, bangkirai, kapur. Untuk pembungkus as baling-baling: lignum vitae (untuk kapal-kapal kecil dapat digunakan kayu nangka, bungur, dan sawo). Dari semua jenis kayu yang telah disebutkan itu memiliki sifat-sifat yang khas seperti kuat, awet, tidak mudah pecah, liat dan tahan binatang laut. Jadi, apabila anda berniat membangun sebuah kapal dari bahan kayu anda harus memperhatikan dengan secermat-cermatnya sifat-sifat kayu tersebut. Setelah proses perencanaan kapal tuntas, anda sudah harus meneliti jenis-jenis kayu yang akan anda gunakan. Anda harus tahu tentang berat jenis, kelas awet, kelas kuat, warna kayu kering udara, sifat pengerjaan, sifat kembang susut, daya retak, kekerasan, tekstur, serat, penyebaran, dan kegunaan dari kayu-kayu itu. Lebih jauh dapat dijelaskan disini bahwa berdasarkan berat jenisnya, kayu dapat dikelompokkan atas kayu ringan, sedang, berat, sangat berat, terapung, melayang, dan kayu tenggelam. Penggolongan untuk keawetan kayu dinyatakan dalam kelas, disini dapat disebutkan bahwa menurut keawetannya ada yang disebut kayu kelas awet I, II, III, IV, dan V. Sama dengan keawetan, untuk kekuatan kayu dibagi atas lima kelas kuat yakni kayu kelas kuat I, II, III, IV dan V. Demikian gambaran singkat mengenai jenis dan sifat kayu yang dapat dipakai sebagai bahan baku kapal. Semoga bermanfaat untuk anda......:)

Senin, 17 Mei 2010

Nelayan Kota Bau-Bau dan Keterbatasan Kapal Penangkap Ikan


Kota Bau-Bau adalah sebuah kota pantai. Cakupan laut yang dimiliki kota ini tidak seberapa dan berbatasan langsung dengan laut kabupaten lain di sekitarnya dalam lingkup Provinsi Sulawesi Tenggara. Meskipun demikian, di perairan kota ini sangat ideal untuk penambatan kapal-kapal penangkap ikan karena Kota Bau-Bau memiliki pelabuhan alam yang aman dan teduh.
Nelayan Bau-Bau umumnya berdomisili di kelurahan yang langsung berbatasan dengan laut. Peralatan penangkap ikan yang mereka miliki sangat beragam, mulai dari alat penangkap ikan tradisional hingga moderen. Kekayaan harta benda dari tiap nelayan di kota ini pun beragam mengikuti kemampuan mereka menangkap dan memasarkan hasil tangkapannya. Bagi nelayan yang mencari ikan dengan menggunakan kapal penangkap ikan umumnya lebih kaya dibanding nelayan kecil yang menangkap ikan dengan menggunakan perahu biasa atau sampan (koli-koli: bahasa setempat).
Armada kapal penangkap ikan yang dimiliki oleh nelayan Kota Bau-Bau masih perlu ditambah jumlahnya. Apalagi kapal-kapal milik nelayan tersebut umumnya sudah tua. Meski Dinas Kelautan dan Perikanan setempat sudah menambah jumlah kapal penangkap ikan berupa bantuan kapal baru jenis purse seiner sebanyak enam unit kepada nelayan di tahun 2008 lalu, namun jumlah itu tetap saja masih kurang mengingat banyaknya kelompok nelayan yang dapat dibentuk lagi untuk mengeksploitasi potensi perikanan yang melimpah dan siap panen di laut sekitar Kota Bau-Bau.
Untuk itu bagi yang jeli melihat potensi bisnis perikanan tangkap, tentulah akan berpendapat bahwa ketersediaan kapal penangkap ikan yang cukup bagi nelayan Bau-Bau merupakan keharusan dalam waktu dekat ini.